Anti Galau - “Buatlah orang lain merasa dibutuhkan, penting, dan dihargai, maka
mereka akan membalas hal yang sama kepada Anda” [John Maxwell]
Apa yang kita perlakuan kepada orang lain, itulah yang akan kita alami.
Daripada berpikir orang lain membutuhkan kita, maka alangkah baiknya kita membuat orang lain dibutuhkan.
Dari pada kita berharap menjadi orang penting bagi orang lain, lebih baik buatlah orang lain menjadi penting.
Daripada berharap orang lain menghargai kita, alangkah baiknya kita terlebih dahulu menghargai mereka.
Setelah apa yang kita lakukan, tanpa berharap pun orang lain akan membutuhkan kita. Menganggap kita penting dan menghargai kita.
Semesta ini adil, tidak akan ingkar janji. Kebaikan atau kesalahan yang kita lakukan akan berbalas tergantung waktunya saja.
Apa yang kita lakukan kepada hidup dan orang lain, maka semuanya akan menjadi milik kita saat ini, esok, lusa, atau kelak.
Namun masalahnya adalah kita seringkali berharap orang lain membutuhkan kita. Orang lain lebih menganggap kita penting. Dan berharap mereka menghargai kita lebih dulu.
Gengsi dong kalau saya yang duluan! Apa untungnya, lagipula dia bukan siapa-siapa.
Kepicikan dan kesombongan itulah yang menghalangi kita menjadi berkah bagi orang lain.
Seperti halnya dalam menulis. Apakah kita berpikir pembaca yang membutuhkan penulis atau penulis yang membutuhkan pembaca?
Lebih baik menjadi penulis yang membutuhkan pembaca.
Apakah merasa penting sebagai penulis atau menganggap penting pembaca?
Apakah merasa penulis yang patut dihargai atau penulis yang lebih menghargai pembaca?
Jawaban klisenya adalah saling menghargai dan sama pentingnya.
Tetapi bila harus memilih, penulis yang baik dan rendah hati akan lebih mementingkan dan menghargai pembacanya.
Caranya?
Dengan menyediakan sepenuh hati dan ketulusan dalam menulis. Menulis dengan hati, pikiran, dan kata-kata yang terbaik.
Apa yang terjadi?
Rasakan sendiri! | (Katedrarajawen)
Apa yang kita perlakuan kepada orang lain, itulah yang akan kita alami.
Daripada berpikir orang lain membutuhkan kita, maka alangkah baiknya kita membuat orang lain dibutuhkan.
Dari pada kita berharap menjadi orang penting bagi orang lain, lebih baik buatlah orang lain menjadi penting.
Daripada berharap orang lain menghargai kita, alangkah baiknya kita terlebih dahulu menghargai mereka.
Setelah apa yang kita lakukan, tanpa berharap pun orang lain akan membutuhkan kita. Menganggap kita penting dan menghargai kita.
Semesta ini adil, tidak akan ingkar janji. Kebaikan atau kesalahan yang kita lakukan akan berbalas tergantung waktunya saja.
Apa yang kita lakukan kepada hidup dan orang lain, maka semuanya akan menjadi milik kita saat ini, esok, lusa, atau kelak.
Namun masalahnya adalah kita seringkali berharap orang lain membutuhkan kita. Orang lain lebih menganggap kita penting. Dan berharap mereka menghargai kita lebih dulu.
Gengsi dong kalau saya yang duluan! Apa untungnya, lagipula dia bukan siapa-siapa.
Kepicikan dan kesombongan itulah yang menghalangi kita menjadi berkah bagi orang lain.
Seperti halnya dalam menulis. Apakah kita berpikir pembaca yang membutuhkan penulis atau penulis yang membutuhkan pembaca?
Lebih baik menjadi penulis yang membutuhkan pembaca.
Apakah merasa penting sebagai penulis atau menganggap penting pembaca?
Apakah merasa penulis yang patut dihargai atau penulis yang lebih menghargai pembaca?
Jawaban klisenya adalah saling menghargai dan sama pentingnya.
Tetapi bila harus memilih, penulis yang baik dan rendah hati akan lebih mementingkan dan menghargai pembacanya.
Caranya?
Dengan menyediakan sepenuh hati dan ketulusan dalam menulis. Menulis dengan hati, pikiran, dan kata-kata yang terbaik.
Apa yang terjadi?
Rasakan sendiri! | (Katedrarajawen)